Umat Kristen mengimani Yesus sebagai Kristus, atau juru selamat Mesias, dan mempercayai bahwa melalui kematian dan kebangkitan-Nya, manusia dapat didamaikan dengan Allah dan karenanya memperoleh tawaran keselamatan serta janji akan kehidupan kekal.[1] Ajaran-ajaran tersebut menekankan bahwa, dengan kehendak bebas-Nya, Yesus memilih untuk menderita pada kayu salib di Bukit Golgota sebagai tanda ketaatan sepenuhnya atas kehendak Allah Bapa, sebagai seorang "pelayan dan hamba Allah".[2][3] Pilihan yang diambil Yesus menjadikannya seorang "manusia baru" dengan teladan ketaatan total, berlawanan dengan ketidaktaatan Adam.[4] Sebagian besar denominasi Kristen mempercayai bahwa Yesus, sebagai Anak Allah, memiliki kodrat manusia sekaligus Illahi. Meskipun ada perdebatan teologis mengenai kodrat Yesus, penganut paham Tritunggal meyakini bahwa Yesus adalah sang Firman, Allah yang menjelma, Allah Putera, dan "sungguh Allah sungguh manusia". Yesus telah menjadi manusia sepenuhnya dalam segala aspek, mengalami rasa sakit dan godaan sebagai seorang manusia biasa, namun Ia tidak berbuat dosa. Sebagai Allah yang sepenuhnya, Ia mengalahkan maut kematian dan bangkit kembali. Menurut Kitab Suci, Yesus bangkit, naik ke Surga, dan duduk di sebelah kanan Bapa. Kemudian dikatakan bahwa Yesus akan kembali ke bumi untuk mengadili manusia dan mendirikan Kerajaan Allah di dunia yang akan datang.ArRozy berkata bahwa Umar bin Khottob telah menjadikan ayat tersebut sebagai dalil larangan tegas menjadikan orang Kristen sebagai teman dekat. Imam Ibnu tugas pokok hidup kita adalah ber-Islam, artinya beribadah kepada Allah saja. Kerja mencari nafkah, baik menjadi karyawan, tukang becak, sopir, guru, dosen, pedagang, itu semua adalah
Dalam bentuknya yang paling padat, agama bisa didefinisikan sebagai sebuah interupsi, tulis Teolog Katholik, Johann Baptist Metz 1928-2019 yang merujuk pada filsuf Denmark, Søren Kierkegaard 1813-1815. Metz yang merupakan salah seorang pendiri aliran Teologi Politik mengasosiasikan interupsi spiritual dengan janji kemenangan bagi mereka yang menderita dan menggunakannya sebagai peringatan terhadap fenomena pemborjuisan agama Kini, dunia menghadapi interupsi lintas bangsa dan embarkasi. Virus corona tidak mengenal batas negara dan pandemi COVID-19 menjadi ancaman global. Dunia tertegun dan tenggelam dalam rasa takut. Ketika ratusan ribu nyawa melayang di Afrika akibat bencana kelaparan, ketika erupsi gunung berapi di Islandia memuntahkan azab dan tsunami di Asia mendatangkan nestapa dan ratusan ribu kematian, sebagian besar manusia di Bumi bisa menyimak peristiwa itu dari jauh, tanpa khawatir bencana-bencana itu akan datang menghampiri. Kini semuanya berakhir. Karena pandemi corona mengancam kita semua. Editor Politik DW, Christoph StrackFoto DW/B. GeilertSebab itu wabah berkepanjangan ini juga kental akan nuansa spiritualitas. Duka, amarah dan rasa sakit – pada akhirnya semua umat beragama harus menerima bencana kesehatan yang sedang berkecamuk ini sebagai ciptaan Ilahi. Beberapa bahkan mengklaim pandemi corona sebagai azab Tuhan. Tapi pandangan seperti itu lebih disebabkan oleh pemahaman sesat tentang perwujudan Ilahi. Interupsi bagi Kristen, Yahudi dan Muslim Hari-hari ini corona menjadi semacam interupsi. Umat Kristen di dunia menghayati Pekan Suci dan memperingati penderitaan, kematian dan kebangkitan kembali Yesus Kristus. Sementara buat kaum Yahudi, Pesakh dimulai Kamis 9/4 dengan mengenang eksodus dari Mesir dan pembebasan para budak. Dan dalam dua pekan, kaum muslim akan memasuki bulan Ramadan. Ketiga agama menyimpan tradisi kolektif untuk hari-hari suci tersebut. Yahudi mengenal makan malam Seder, kaum Kristen menjalani perjamuan malam terakhir, sementara umat Islam melakukan buka puasa bersama dengan kaum miskin dan anak yatim. Tahun in, perayaan suci ketiga agama Samawi ditandai oleh interupsi. Di Israel, komunitas Yahudi ultra-ortodoks enggan menaati arahan pembatasan jarak sosial dari pemerintah. Arab Saudi mempertimbangkan pembatalan ibadah Haji tahun ini. Betapapun sulitnya, reaksi komunitas agama terhadap larangan berkumpul menunjukkan posisi mereka dalam kaitannya dengan tuntutan modern. Adalah hal langka ketika para Rabi Yahudi mengimbau umatnya di seluruh dunia untuk menaati aturan nasional dalam perang melawan Corona. Vatikan tanpa manusia – simbol pandemi Adapun pada agama Kristen, foto yang beredar ketika Paus Fransiskus berdiri sendiri di depan lapangan Santo Petrus yang kosong belum lama ini, bernilai simbolik bagi pandemi corona. Pria tua itu berdoa dan mengharap pada Tuhannya. Di hadapannya terbentang lapangan yang lengang, seakan sengaja dikosongkan buat para korban dan mereka yang sedang berjuang melawan COVID-19. Bahkan buat abdi Tuhan paling taat sekalipun, wabah corona menciptakan situasi yang serius. Buat sebagian orang, perayaan Paskah di Jerman dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir menjadi kesempatan beristirahat dari pekerjaan. Buat yang lain, Paskah menjadi semacam interupsi spiritual untuk menyimak kisah tentang Tuhan dan ciptaanNya, tentang Kamis Putih dan perjamuan terakhir, tentang penderitaan Yesus dan penyaliban yang kejam. Paskah berkisah tentang Sabtu Suci, hari yang muram tanpa kehadiran Tuhan, hingga kemenangan kehidupan atas kematian, berupa kebangkitan kembali Yesus. Dunia memasuki Sabtu Suci Pemuka agama di seluruh dunia kini merayakan hari-hari besar keagamaan di depan kamera, dan setiap upacara atau ritual disiarkan langsung kepada para jemaat. Mereka kini mencari alternatif. Mereka akan makan bersama dengan teman dalam arti spiritual, mengkaji ulang kitab-kitab kuno atau membuka diskusi tentang keyakinan, atau sebaliknya. Interupsi melumpuhkan kehidupan di Bumi. Dan kita terjebak di malam Paskah, malam tanpa cahaya dan harapan. Angka kematian pasien corona harian di Italia, Spanyol, Amerika Serikat dan di seluruh dunia kian mengkhawatirkan. Kehidupan pun tertunda. Apa yang tersisa adalah kebingungan, kegilaan dan rasa sakit. Khotbah penuh harapan dari tahun-tahun lalu tidak akan ampuh mengusir kegelisahan di tahun ini. Gereja saat ini lebih bermanfaat lewat simbolismenya, ketimbang kata-kata. Namun demikian ada fenomena lain yang sangat penting bagi Iman Kekristenan, yakni kebangkitan kembali. Dan hal itu menjadi penting pada hari-hari seperti saat ini. rzn/as
Sanggahanini dikemukakan oleh tokoh asal Sumatera Barat itu
panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
Bab2: Manusia Menurut Iman Kristen. Bab 3: Konsep Iman Kristen tentang Tuhan Yang Maha Esa. Galeri Foto >. UNPRI FTIK-UTS 2015 Kelas Percepatan. UNPRI FTIK UTS 19 Nov 2015. Matakuliah Wawasan Kebangsaan. Bab 1 Pengantar Wawasan Kebangsaan.
IbnuMajisyun meriwayatkan dari Imam Malik–Imam Darul Hijrah–bahwa dia berkata, “Siapa yang telah membuat praktek bid’ah dalam agama Islam dan ia melihatnya sebagai suatu tindakan yang baik, berarti ia telah menuduh Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam telah menghianati risalah. Dasarnya adalah ayat di atas. Wabahvirus corona juga berdampak dalam kehidupan keagamaan umat manusia. Sejumlah gereja, masjid, kuil, dan sinagoga mengubah tata cara ibadah demi menahan penyebaran penyakit Covid-19. Apa saja Menurutpandangan orang yang beriman ekslusif, iman di hayati sebagai sikap dalam kelompok agama saja. a. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan jawaban yang jelas dan benar ! 31. Jelaskan yang di maksud beribadah ! 32. Jelaskan yang di maksud ngibadah ! 33. Peletak dasar agama Kristen / Katolik adalah Yesus Kristus yang PANDANGANAGAMA TERHADAP BUNUH DIRI DALAM PERSPEKTIF AGAMA DI INDONESIA. Jelaskan tentang miskonsepsi, budaya, keyakinan dan mitos tentang bunuh diri. 9.4 Menurut Pandangan Kristen Katolik. Menurut teologi Gereja Katolik Roma, kematian karena bunuh diri dianggap dosa besar atau serius. Kepala Katolik & Kristen Romawi beragumen ImamSalat” menuntut rekontruksi hukum Islam yang melarang seorang perempuan untuk menjadi imam shalat bagi laki-laki yang telah baligh. Dia juga melihat bahwa hukum yang menetapkan shaf perempuan di belakang laki-laki sebagai bentuk ke-tidakadilan.13 Penulisan tentang masalah perem-puan sudah dilakukan beberapa sarjana.Filsafatsejarah. Filsafat Matematika. 2. Uraikan persamaan antara filsafat dan ilmu! Jawab: persamaan antara filsafat dan ilmu adalah: Keduanya mencari rumusan yang sebaik- baiknya menyelidiki objek selengkap- lengkapnya sampai keakar-akarnya, Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian- kejadian yangsw2us.